"Ilmu yang bermanfaat" adalah salah satu kunci naungan Allah kepada kita di padang Masyar.

PUTRI BELEKA (2)


1 Tahun Kemudian 
        Pagi itu suasana pondok begitu tenang dengan aktifitas belajar mengajar. Debu yang beterbangan menutupi jalan yang dilalui oleh sebuah sepeda motor menuju pintu gerbang pondok. Dari jauh terlihat lelaki tampan yang tak asing lagi di mata para santri dan guru. Seorang santri menghampirinya.
            “Ini kak Dang kan! Yang dulu pernah kesini ngajarin kita Matematika?” Tanya anak bungsu pendiri pondok itu dengan penasaran.
            “Ya benar, Bapak TGH. Ahmad Rifa’i ada? Kakak ingin menemui beliau” Tanya Dang yang baru datang dari Sumbawa itu.
            “Nggak salah ni kak, mau cari Bapak atau putrinya? Bapak barusan pulang, katanya ada urusan bentar. Tapi kalau kak Bibah ada tu di ruangan lagi ngajar”.
            “Sungguh kakak cari Bapak, tapi tolong rahasiakan kedatangan kakak ke sini terutama kepada kakakmu. Ingat, ini rahasia kita berdua”, permintaan Dang pada anak itu.
            “Baik kakakku yang ganteng”, tambah Khotib.
            “Kalau begitu kakak pergi dulu temui Bapak”.
            Dengan salam anak Sumbawa itupun pergi menemui Bapak karena ada hal penting yang harus dibicarakan. Tak lama kemudian sampailah dia di rumah Bapak TGH. Ahmad Rifa’i yang kebetulan sedang duduk di ruang tamu. Ternyata Tuan Guru itu sudah mengetahui kalau hari itu akan datang tamu istimewa dari sumbawa yang ingin menghibbah putrinya.
            “Apakah kamu benar – benar ingin menikah dengan putriku” Tanya Tuan Guru itu.
            “Benar Pak, saya datang dari jauh karena janji saya dengan putri Bapak, yang ingin menikahinya karena cinta saya kepada putri Bapak”, jawab Dang dengan rendah hati.
            “Bapak akan menerima lamaranmu dan akan menikahi putri Bapak dengan kamu kalau kamu bisa memenuhi syarat yang Bapak berikan”, tambah Tuan Guru itu lagi.
            “Apapun syarat itu selama saya memiliki kemampuan untuk menyelesaikannya, insya Allah akan saya penuhi”, jawab Dang.
            “Pertama, kamu harus menghafal 2 Jus Al-Qur’an beserta maknanya, dimana Jus ‘Amma adalah jus wajib yang harus kau hafal, sedangkan 1 Jus lagi terserah pilihanmu. Kedua, kamu harus berpuasa selama 30 hari. Ketiga, selama kamu berpuasa dan menghafal 2 jus Al-Qur’an kamu harus menjabat sebagai pimpinan pondok. Terakhir, kamu harus menggantikan posisi putriku untuk mengajar mata pelajaran Matematika serta wajib tinggal di pondok karena Habibah akan berhenti dan tinggal di rumah menunggu selesainya kamu penuhi syarat yang Bapak minta, apakah kamu setuju dengan persyaratan yang Bapak ajukan?”, jelas Bapak Habibah.
            “Insya Allah Pak, tapi bagaimana dengan mahar yang harus saya berikan kepada putri Bapak?” Tanya Dang lagi.
            “Jangan berfikir tentang mahar apa yang akan kau berikan kepada putriku, tapi berfikirlah bagaimana kamu bisa menyelesaikan keempat ujian tersebut”. Jelas Bapak.
            “Satu lagi selama dalam ujian kamu tidak boleh bertemu atau menghubungi putriku, jadi kamu tidak boleh memegang handphone”, tambahnya lagi.
            Mulai hari itu suasana pondok terasa berubah. Segala keputusan berada di tangan Dang, sementara Habibah tidak pernah lagi muncul di pondok hanya berdiam diri di rumah menunggu Dang menjalani ujian. Habibah hanya bisa bersabar dan serahkan semuanya kepada Yang Kuasa.
Mampukah Dang melewati keempat Ujian tersebut…….

No comments:

Post a Comment